HUBUNGAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini
adalah masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi, masalah gizi
dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan
kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajad kesehatan . Kekurangan
gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia. Di Indonesia Prevelensi Anemia
Defisiensi Besi pada ibu hamil di Indonesia. Di
Indonesia Predisposisi Anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar
63,5%. Menurut lautan J dkk dilaporkan dari 31 orang wanita hamil pada
trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan sisanya sebanyak 13 orang
(42%) mengalami kekurangan zat besi. Sedangkan menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 didapatkan 50,9 % ibu hamil yang menderita anemia
(Ningrum,2009).
Prevalensi anemia masih cukup tinggi di Negara berkembang,
terutama kelompok resiko tinggi seperti : ibu hamil dan menyusui, anak
prasekolah, sekolah dan pekerja fisik berpenghasilan rendah. Badan kesehatan
dunia World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
sekitar 35-75 % serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia
kehamilan. Seikitar 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan denga
anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi(Adrianz,2002). Berdasarkan data yang didapat dari jumlah kunjungan
di Puskesmas Pengaron Tahun 2011 di temukan 165 orang ibu hamil atau sekitar
45,1 % anemia secara klinis.
Zat besi bagi ibu hamil sangat penting untuk pembentukan dan
mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin
sirkulasi oksigen dan metabolisme zat-zat yang dibutuhkan tumbuh kembang,
sekaligus menyimpannya dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah
melahirkan. Selama hamil asupan zat besi harus ditambah sebanyak 20 mg/hari.
Hal ini mengingat selama kehamilan volume darah pada tubuh ibu meningkat 40-60
% untuk memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makan serta oksigen pada janin
melalui plasenta(Graha Permata Ibu,2009).
Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb)
dimana zat besi sebagai salah satu unsur
pembentukannya dan hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang
sangat dibutuhkan oleh metabolisme sel. Gejala anemia adalah antara lain :
lesu, letih, pucat, cepat lelah, pengliatan berkunang-kunang, dan gampang mengantuk
merupakan gejala klinis yang mudah diketahui. Jika pada ibu hamil kekurangan
zat besi dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan, meningkatnya
resiko keguguran, melahirkan bayi prematur, bayi BBLR, lahir mati, kematian
perinatal, janin dan ibu hamil mudah terkena infeksi(Ningrum,2009). Bila
terjadi anemia pada kehamilan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
dampak penurunan Sumber Daya Manusia (SDM), dan akan menghambat proses
pembangunan bangsa.
Pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut diatas dengan
cara konsumsi suplementasi tablet besi kepada ibu hamil sejak awal kehamilan
melalui posyandu. Pada saat ini konsumsi suplemen zat besi merupakan
satu-satunya alternatif yang cocok , murah, mudah dan dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang singkat pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko
tinggi lainnya(Ningrum,2009). Asupan gizi yang baik serta memperbaiki pola
makan merupakan jurus paling penting untuk mengatasi Anemia. Untuk memenuhi
kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar
40-45 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat
besi, tetapi jika bidan menemukan ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia
biasanya akan memberikan suplemen zat besi berupa tablet besi yang biasanya di konsumsi satu kali sehari.
Pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan
meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa
pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif (Herlina,2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Pengaron
Kecamatan Pengaron di peroleh informasi bahwa Konsumsi tablet tambah darah pada
ibu hamil sudah cukup baik yaitu 90,07%. Akan tetapi angka kejadian anemia pada
Ibu hamil masih tinggi yaitu sebesar 45,1%.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang “Hubungan Konsumsi Tablet Tambah Darah Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Pengaron Kecamatan Pengaron Tahun 2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimana Hubungan Konsumsi Tablet
Tambah Darah Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Pengaron Tahun
2012 ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Konsumsi Tablet tambah Darah Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Pengaron Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi jumlah ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah
darah di Puskesmas Pengaron Tahun 2012.
1.3.2.2 Mengidentifikasi jumlah kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Pengaron Tahun 2012.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian
anemia pada Ibu hamil di Puskesmas Pengaron Tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas
Pengaron
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai
pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil sehingga nantinya dapat
dilakukan penanganan yang lebih efektif dalam menangani masalah Anemia.
1.4.2 Bagi Ibu Hamil
Diharapkan dapat memberi informasi kepada ibu
hamil mengenai pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah , sehingga dapat
mencapai status gizi yang baik.
1.4.3 Bagi pendidikan
Sebagai bahan
acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan bahan
literatur untuk kemajuan pengetahuan.
1.4.4 Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangakan
kemampuan, menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam melakukan
penelitian sehingga penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dalam
usaa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil,
agar kejadian anemia pada ibu hamil dapat dihindari.
1.5 Keaslian Penelitian
1.5.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh St. Aisyah (2010) dengan judul
“Hubungan pemberian tablet zat besi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Tanjung lalak Tahun 2010”. Desain
penelitian bersifat kolerasi.
1.5.2 Penelitian
Sekarang
“Hubungan konsumsi tablet
tambah darah dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Pengaron”. Pemberdayaan
variabel penelitian, tempat dan waktu, metode observasional, pendekatan cross sectional, pengambilan data dengan
cara Total sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan
Teori
2.1.1 Anemia Pada
Ibu Hamil
Anemia adalaha
suatau keadaan adanaya penurunan kadar Hemoglobin (Zat Warna dalam Sel Darah
yang berguna untuk mengangkut Oksigen dan Karbondioksida), hematokrit (Volume
Sel Darah, terutama sel darah merah yang diperoleh setelah darah dipusingkan
sehingga sel darah terpisah dari plasma) dan jumlah eritrosit (sel darah
merah)di bawah nilai normal(Soebroto,2009). Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
menurut Mochtar , adalah sebagai berikut (Mansjoer,2001) :
1. Anemia defisiensi
besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
2. Anemia
megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat,
jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
3. Anemia Hipoplastik
adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi (penurunan Fungsi) sumsum tulang,
untuk membentuk sel darah baru.
4. Anemia Heolitik
adalah Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi
pada ibu hamil, yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis (fase pembentukan sel darah merah)
tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrosister
(bentuk sel darah merah yang kecil dan berwarna pucat), kadar besi serum (Serum
Iron = SI) dan jenuh transferin menurun,kapasitas ikat besi total (Total Iron
Binding Capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali(Adrianz,2002).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya Anemia defisiensi
besi antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya
gangguan absorbsi di usus , perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, serta masa
penyembuhan dari penyakit(Mansjoer,2001).
Etiologi Anemia Defisiensi Besi pada kehamilan :
1.
Hipervolemia (bertambahnya volume dari plasma darah), menyebabkan
terjadinya pengenceran darah, dimulai sejak usia kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam usia kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
2.
Pertambahan darah tidak sebanding denga pertambahan plasma
3.
Kurangnya zat besi dalam makanan
4.
Kebutuhan zat besi meningkat
5.
Gangguan pencernaan dan absorbsi, yang dipengaruhi oleh enzim yang
ada dalam saluran pencernaan.
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena pembuahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta
dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65 % dimulai pada
trimester ke II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya
sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang persalinan serta kembali normal 3
bulan setelah partus (suatu pengeluaran hasil konsepsi melalui vagina ke dunia
luar). Stimulasi yang meningkatkan volume flasma seperti laktogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron (hormon adrenokortikal yang
kuat , mengatur metabolisme natrium dan kalium). Volume sel darah merah total
dan massa hemoglobin meningkat sekitar 20-30 %, dimulai pada bulan ke–6 dan
mencapai puncak pada aterm, kembali normal 6 bulan setelah partus (suatu proses
pengeluaran konsepsi melalui vagina ke dunia luar). Stimulasi peningkatan
300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungn antara hormon
maternal dan peningkatan eritropoitin (merangsang pembuatan sel darah merah)
selam kehamilan. Peningktan massa sel darah merah tidak cukup memadai untuk mengimbngi peningkatan volume plasma
yang sangat mencolok. Peningkatan volume
plasma menyebabkan terjadinya hodromia kehamilan atau hemodilusi (pengenceran
darah), yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%), sehingga
hemoglobin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak
hamil(Wiknojosastro,1992). Cadangan besi wanita dewasa mengandung 2 gram,
sekitar 60-70 % berada dalam sel darah merah yang bersikulasi, dan 10-30%
adalah besi cadangan yang terutama terletak didalam hati, empedu,dan sumsum
tulang. Kehamilan nembutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk
mencukupi kebutuhan yang terdiri dari(Manuaba,1998) :
1.
Terjadinya penigkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg
zat besi dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan pada ibu hamil.
2.
Janin membutuhkan zat besi 100 – 200 mg.
3.
Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100 – 200 mg.
4.
Sekitar 900 mg hilang selama proses melahirkan.
Selama periode
setelah melahirkan 0,5–1 mg besi perhari dibutuhkan untuk laktasi, dengan
demikian jika cadangan pada awalnya direduksi , maka pasien hamil dengan hamil
mudah bisa mengalami kekurangan besi, dimana janin bisa mengakumulasi besi
bahkan dari ibu yang kekurangan besi. Kebutuhan besi yang meningkat tersebut
tidak terpenuhi oleh kebiaan diet
normal, walaupun ada penyerapan besi yang meningkat selama kehamilan yaitu
1,3,2,6 mg perhari. Setiap wanita hamil membutuhkan smpai 2 tahun makan normal
untuk mengisi kembali cadangan besi yang telah hilang selama hamil(Manuaba,1998).
Anemia defisiensi
besi pada kehamilan mempunyai gejala klinis yang bervariasi, sehingga untuk
menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan darah dan sumsum tulang merupakan
hala yang sangat penting. Pada pemeriksaan fisik sering belum menunjukkan
adanya gejala kecuali sesudah nilai hemoglobinnya sangat rendah dan telah
berlangsung lama. Wintrobe mengemukakan, bahwa manifestasi klinis dari anemia
defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejla–gejala
penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama–sama
dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala -gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi (jantung berdebar), berkunang–kunang, lesu, lemah, lelah, disphagia
(sulit menelan) dan pembesaran kelenjar limfa. Berkurangnya hemoglobin
menyebabkan gejala–gejala umum seperti keletihan , palpitasi (jantung
berdebar), pucat, titinus, dan mata berkunang, perubahan jaringan epitel kuku,
gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia (sulit menelan)
dan pembesaran kelenjar limpa, berkurangnya hemoglobin menyebabkan
gejala–gejala umum seperti keletihan, palpitasi (jantung berdebar), pucat,titinus,
dan mata berkunang–kunang disamping itu juga dijumpai gejala tambahan yang di
duga disebabkan oleh kekurangan enzim sitokrom, sitikrom C oksidase dan
hemeritin dalam jaringan–jaringan, yang bersifat khas seperti pusing kepala,
parastesia (gabungan gangguan otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan syaraf
perifer), ujung jari dingin, atropi (pengecilan otot) papil lidah(Soebroto,2009).
Pada pemeriksaan
dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat Hb sahli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Hb 11 gr% :
Tidak anemia
2.
Hb 9 – 10% :
Anemia ringan
3.
Hb 7 – 8 gr% :
Anemia sedang
4.
Hb < 7 gr% :
Anemia berat
Pada umumnya sudah
sisepakati bahwa bila kader hemoglobin <7 gr/dl maka gejala–gejala dan
tanda–tanda anemia akan jelas. Anemia merupakan manifestasi lebih lanjut dari
adanya defisiensi besi, tetapi es dalam laut, dimana sesungguhnya masalah–
masalah yang berkaitan dengan danya kekurangan zat besi jauh lebih besar
dampaknya, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. Ibu hamil dengan anemia
berat lebih memungkinkan terjadinya partus prematurus (persalinan kurang dari
37 minggu) dan memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah serta dapat
meningkatkan kematian perinatal (Wiknojosastro,1992). Mengingat besarnya tampak
buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena
itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.
2.1.2 Zat besi (Ferrum Fe)
Zat besi (Fe)
merupakan mikroelement yang essensial bagi tubu. Zat ini terutama diperlukan
dalam hemopoesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb).
Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagi faktor penggiat. Zat
besi juga sebagai faktor pencetus dan sistem pertahanan tubuh (Ningrum,2009).
Proses metabolisme
zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan
secara terus–menerus. sebagian besar zat besi yang bebas dalam tubuh akan
dimanfaatkan kembali (Reutilization), dan hanya sebagian kecil sekali yang di
ekresikan melalui air kemih, feses dan keringat.
Ekskresi (proses
pengeluaran sisa metabolisme dari dalam tubuh) zat besi berada dengan
keadaannya pada mineral – mineral lainnya maka tubuh manusia tidak sanggup
untuk mengatur keseimbangan zat besi melalui ekskresi (proses pengeluaran sisa
metabolisme dari dalam tubuh). Jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh setiap
hari hanya sangat kecil saja berkisar antara 0,5–1 mg/hari. Ekskresi (pengeluaran
sisa metabolisme dari tubuh) ini relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh
jumlah besi didalam tubuh atau absorbsinya. Besi keluar melalui rambut, kuku,
keringat, empedu, air kemih, dan yang paling besar melalui deskuamasi sel
epitel saluran pencernaan. Pada wanita selama menstruasi dapat kehiangan besi
antara 0,5–1 mg /hari. Wanita habis melahirkan dengan perdarahan normal dapat
kehilangan besi 500–550 mg/hari(Mansjoer,2001).
Kebutuhan zat besi
dalam makanan setiap harinya sangat berbeda hal ini tergantung pada umur, sex,
berat badan dan keadaan individu masing–masing. Kebutuhan zat besi yang
tersebar ialah dalam 2 tahun kehidupan pertama. Selanjutnya selam periode
pertumbuhan cepat dan kenaikan berat badan pada usia remaja dan sepanjang masa
reproduksi wanita. Laki–laki normal dewasa memerlukan zat besi 1–2 mg/hari,
pada masa pertumbuhan diperlukan tambahan sekitar 0,5–1 mg/hari, sedangkan
wanita pada masa menstruasi memerlukan tambahan zat besi antara 0,5–1 mg/hari.
Pada wanita hamil kebutuhan zat besi sekitar 3–5 mg/hari dan tergantung pada
tuanya kehamilan.(Manuaba,1998).
Ekskresi (proses
pengeluaran sisa metabolisme dari tubuh) Fe dilakukan melalui kulit didalam
bagian–bagian tubuh yang aus dilepaskan oleh permukaan tubuh, jumlahnya sangat
kecil sekali hanya sekitar 1 mg dalam sehari semalam. Pada wanita subur, lebih
banyak Fe terbuang dari badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan Fe
pada wanita dewasa lebih tinggi dari pada laki–laki. Wanita hamil dan sedang
menyusui juga memerlukan lebih banyak Fe dibanding dengan wanita biasa, karena
bayi yang sedang dikandung juga memerlukan lebih banyak Fe dibanding dengan
wanita biasa , karena bayi yang sedang dikandung juga memerlukan zat besi,
sedangkan ASI mengandung Fe dalam bentuk lactoferin yang diberikan pada anak
yang sedang disusui(Manuaba,1998).
Bayi yang baru
lahir dibekali Fe sedikit oleh ibunya, sehingga makanannya sudah harus diberi
suplemen sumber Fe dalam bentuk sari buah, sejak bulan kesatu atau kedua.
Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi nasional yang perlu di
tanggulangi secara serius. Upaya prevensi belum diprogramkan secara menyeluruh,
baru diberikan suplemen preparat ferro kepada ibu hamil yang memeriksakan diri
ke Puskesmas, posyandu, Rumah Sakit, Dokter.
2.1.3
Asam Folat
Asam folat adalah vitamin yang terdapat pada sayuran
mentah, buah segar dan daging, tetapi proses memasak biasanya dapat merusak
vitamin ini. Karena tubuh hanya menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka
suatu makanan yang sedikit mengandung asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu
makanan yang sedikit mengandung asam folat, akan menyebabkan kekurangan asam
folat dalam waktu beberapa bulan.
Kekurangan asam folat dapat terjadi pada :
1.
Penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn
dan sprue, karena terjadi gangguan penyerapan asam folat.
2.
Obat anti kejang tertentu dan pil KB, karena mengurangi penyerapan
asam folat.
3.
Wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita penyakit ginjal
yang menjalani hemodialisa, karena kebutuhan asam folat meningkat.
4.
Peminum alkohol, karena alkohol mempengaruhi penyerapan dan
metabolisme asam folat.
Orang yang
mengalami kekurangan asam folat akan menderita anemia megaloblastik (sel darah
merah berukuran besar). Bayi tetapi bukan orang dewasa, bisa memiliki kelainan
neurologis. Kekurangan asam folat pada wanita hamil bisa menyebabkan terjadinya
cacat tulang belakang (korda spinalis) dan kelainan bentuk lainnya pada janin.
Wanita hamil membutuhkan asam folat 400 mg/hari agar terhindar dari resiko
bibir sumbing serta cacat lahir (Neural Tube Defect) (Majalah Farmacia,2006).
2.1.4 Suplementasi Besi
Bagi Ibu Hamil
Suplementasi adlah
memberikan preparat besi dalam bentuk cairan (sirup) atau pil sebagai obat.
Suplementasi pil besi merupakan pendekatan yang cocok untuk ibu hamil karena
dapat meningkatkan kadar Hb sampai pada tingkat tertentu. Semua tablet besi
yaitu ferro sulfat, ferro glukonat, atau Na-ferro bisirat dapat diabsorbsi
dengan baik, ferro sulfat adalah senyawa termurah dari lainnya dan dapat di
absorbsi 20 % dari kandungan besi sehingga feroo sulfat di rekomendasikan untuk
dipergunakan dalam program suplementasi.
Dosis konsumsi pada ibu hamil ada 2 yaitu :
1.
Dosis pencegahan
2.
Tablet tambah darah untuk pencegahan diberikan pada ibu hamil
tanpa melihat kadar Hb yaitu sehari satu tablet (60 mg elemental iron dan 0,25
mg asam folat). Ibu hamil /nifas dianjurkan minum tablat tambah darah dengan
dosis 1 tablet setiap hari selama masa kehamilannya 40 hari setelah melahirkan(Depkes
RI,2008).
3.
Dosis peogobatan
Bila kadar Hb
kurang dari 11 gr% konsumsi menjadi tiga tablet sehariselam 90 hari pada
kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan.
Perlu diperhatikan tentang tablet tambah darah(Ningrum,2009) :
a.
Minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan
teh, susu, kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh
sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
b.
Kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak memebahayakan
seperti perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan tinja berwarna
hitam.
c.
Untuk mengurangi gejal sampingan, minum Tablet tambah darah
setelah makan malam menjelang tidur. Lebih baik minum tablet tambah darah
disertai makan buah–buahan seperti pisang, pepaya, jeruk dan lain- lain.
d.
Tablet tambah darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau
kebanyakan darah.
e.
Simpan tablet tambah darah di tempat kering, terhindar dari sinar
matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak–anak. Setelah dibuka harus
ditutup rapat. Tablet tambah darah yang berubah warna jagan diminum (warna asli
adalah warna darah.
2.2 Landasan Teori
Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada
trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering
dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan
bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Darah bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun
bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan itu adalah plasma 30%,
sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah
dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita hamil. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia
tersebut, keluaran jantung juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga
tekanan darah tidak naik
Kejadian anemia
pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu sikap dari ibu hamil terhadap
pentingnya konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan, ibu hamil yang
menderita penyakit baik akut maupun kronik, adanya gangguan penyerapan zat besi
di usus pada ibu hamil, dan asupan makanan yang mengandung besi berkurang
sedangkan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil tergantung kepada
penggunaannya untuk pencegahan atau untuk pengobatan dalam penelitian ini yang
akan diteliti adalah hubungan konsumsi tablet tambah darah terhadap kejadian
anemia pada ibu hamil.
Gejala-gejala
tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu dikenal
sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan
neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya
dengan eritrosit yang sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi
khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden
penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan
kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik
merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini. Selama kehamilan, sejumlah
penyakit kronik dapat menyebabkan anemia. Beberapa diantaranya adalah penyakit
ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatory bowel disease),
lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan, dan arthritis
remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan meningkatnya volume
plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan pielonfritis akut
berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya
destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal (Cavenee dkk,2001).
Kebutuhan tablet
besi pada kehamilan menurut Jordan (2003), dijelaskan bahwa : Pada kehamilan
dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk
memenuhi peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang
bergantung pada berat lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170
mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang
hilang saat melahirkan. Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan
berkisar antara 440-1050 mg dan 580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan
hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi kulit, usus, urinarius. Untuk
mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat
besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester
terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg
/ hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg /
hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan
kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan
peningkatan absorbsi. (Cavenee dkk,2001).
2.3
Kerangka Konsep
Konsumsi Tablet
Tambah darah
|
Penyakit Akut maupun
Kronik
|
Gangguan Penyerapan
Zat Besi
|
Asupan Makanan Yang Mengandung Zat
Besi Berkurang
|
Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil
|
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
2.4
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara Konsumsi Tablet Tambah Darah Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Pengaron tahun 2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian analitik observasional yaitu dengan menggunakan rancangan
cross–sectional untuk melihat hubungan variabel konsumsi tablet tambah darah dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pengaron Kecamatan
Pengaron Kabupaten Banjar.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
akan dilakukan di Puskesmas Pengaron, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar.
Disamping itu pertimbangan efisiensi biaya penelitian dan likasi penelitian ini
dekat dengan tempat tinggal peneliti. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada
bulan Maret sampai bulan April 2012.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
penelitian
Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Pengaron
pada bulan Desember Tahun 2011.
3.3.2 Sampel
Sampel yang diambil
dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan (Total populasi) yaitu ibu
hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Pengaron.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam
penelitian ini adalah berupa buku register pemberian tablet tambah darah pada
ibu hamil. Untuk memperoleh informasi dari responden (ibu hamil) serta check
list, penelitian menggunakan alat pengumpul data berupa daftar isian dan Hb
Sahli yang berpedoman pada tinjauan pustaka dan definisi operasional. Disamping
itu juga menggunakan bahan – bahan yang mendukung alat pengumpul data yang
berupa :Kapas alkohol, Lanset, HCL, serta Aquades.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel
penelitian
1. Variabel dependent (variabel terikat) :
Kejadian Anemia
pada ibu hamil.
2. Variabel independent (variabel bebas) :
Konsumsi Tablet
Tambah Darah.
3.5.2 Definisi Opersional
No
|
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara
Mengukur
|
Alat
Ukur
|
Skala
|
Hasil Ukur
|
1
|
Kejadian Anemia pada ibu hamil
|
Suatu kejadian dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin pada
ibu hamil yaitu < 11 gr%
|
Pemeriksaan laboratorium
|
Hb Sahli
|
Ordinal
|
Hasil Lab :
Tidak Anemia :Hb≥11 gr%
Anemia :Hb < 11 gr%
|
2
|
Konsumsi tablet tambah darah
|
Suatu kegiatan untuk memenuhi kecukupan zat besi pada ibu hamil
yaitu mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai jadwal.
|
check lish
|
Daftar isian
|
Ordinal
|
-Teratur, bila konsumsi tablet tambah darah setiap hari
-Tidak teratur, bila konsumsi tablet tambah darah tidak setiap
hari.
|
3.5 Prosedur penelitian
3.5.1 Persiapan
Sebelum penelitian
ini dilakukan, penelitian ini melalui beberapa tahap sebagai berikut adalah
melakukan studi pendahuluan, melakukan perizinan, pencarian literatur,
penyusunan proposal, serta ujian proposal sampai dengan selesai proposal
penelitian.
3.5.2 Pelaksanaan
Sebelum penelitian
ini dilakukan, penelitian mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan
rekomendasi dari Akademi Kebidanan STIKES Husada Borneo dan permintaan izin
penelitian kepada Puskesmas Pengaron Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar.
Setelah mendapatkan persetujuan institusi tempat penelitian, kemudian peneliti
melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip–prinsip etis penelitian, yaitu
meminta persetujuan kepada responden. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dari
penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan
data.
3.5.3 Penyelesaian
penelitian/Pembuatan laporan
Setelah data
terkumpul kemudian peneliti melakukan tahap pengolahan data dan analisis data
untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk sebuah laporan penelitian.
3.6 Tekhnik Pengumpulan Data
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berupa
antara lain :
1. Data Primer
a.
Data identitas responden (nama, umur, alamat) dikumpulkan melalui
wawancara dwngan alat bantu daftar isian.
b.
Data jumlah ibu hamil yang diberi tablet tambah darah yang
dikumpulkan dari medical record ibu hamil dan buku kesehatan ibu dan anak (KIA)
yang ada pada ibu hamil.
c.
Data jumlah tablet tambah darah yang dberikan kepada ibu hamil selama satu bulan yang dikumpulkan
dengan alat bantu daftar isian.
d.
Data hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil yang diberi tablet tambah
darah dikumpulkan melalui pemeriksaan darah dengan alat bantu HB Sahli.
2.
Data sekunder
a.
Data topografi wilayah puskesmas pengaron didapatkan dari data di
puskesmas Pengaron kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar.
b.
Data populasi ibu hamil yang diberikan tablet tambah darah di
wilayah kerja puskesmas Pengaron didapatkan dari data di puskesmas Pengaron
kabupaten banjar.
3.7 Tekhnik Analisa Data.
Data yang telah
diperoleh diolah dan dianalisa. Gambaran kondisi dilokasi penelitian diketahui
dengan mengolah dan meringkas data secara ilmiah menjadi grafik atau tabel
berdasarkan data atau sampel yang tersedia. Sedangkan uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah chi square . Apabila
terdapat nilai expected < 5 atau terdapat cell > 20% maka uji yang
dilakukan adalah fisher exacct test.
Untuk melihat hubungan
antara variabel konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia menggunakan
α = 0,05 bila nilai p (pvalue) lebih kecil dari α maka Ho ditolak dengan
interpretasi terdapat hubungan antara konsumsi tablet tambah darah dengan
kejadian anemia. Sedangkan bila nilai p ( pvalue) lebih besar dari nilai α maka
tidak terdapat hubungan konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia.
3.8 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian
ini masih banyak kelemahan dan keterbatasan penelitian yang dilakukan, karena
peneliti masih termasuk taraf pemula sehingga hasil penelitian masih banyak
kekurangan. Instrumen peneliti yang digunakan adalah melakukan wawancara secara
langsung dengan panduan check list kemungkinan hasil yang diperoleh tidak
maksimal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
Lokasi Penelitian/Letak Penelitian
Puskesmas Pengaron
terletak di kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar. Kecamatan Pengaron memiliki
luas wilayah 433,25 km2 yang membawahi 12 desa yaitu Lok Tunggul, Lobang Baru,
Maniapun, Benteng, Pengaron, Kertak Empat, Mangkauk, Lumpangi, Ati’im,
Alimukim, Antaraku, dan Panyiuran. Batas-batas wilayah Kecamatan Pengaron
adalah sebagai berikut
-
Sebelah Utara :
Berbatasan dengan Kecamatan Sambung Makmur
-
Sebelah Selatan :
Berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan
-
Sebelah Timur :
Berbatasan dengan Kecamatan Sungai Pinang
-
Sebelah Barat : Berbatasan
dengan Kecamatan Simpang Empat dan Mataraman
Puskesmas merupakan puskesmas rawat inap di Kecamatan
Pengaron Kabupaten Banjar. Puskesmas Pengaron, terletak di kecamatan Pengaron Kabupaten
Banjar adalah puskesmas rawat inap. Jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja
puskesmas Pengaron Tahun 2010 adalah 15,764
jiwa dengan suku Banjar, Madura, dan Jawa. Yang bermata pencaharian
sebagai petani, pedagang dan berwiraswasta.
4.1.2 Pelayanan di
Puskesmas
Puskesmas Pengaron
terdiri memberikan pelayanan, pengobatan dasar, pemeriksaan kesehatan ibu dan
anak, pemeriksaaan gigi, pelayanan keluarga berencana, unit gawat darurat,
pemeriksaan laboratorium sederhana, dan beberapa pelayanan kesehatan lainnya,
semua pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Pengaron merupakan
pelayanan kesehatan gratis yang di fokuskan pada masyarakat kurang mampu yang
berdomisili di Kecamatan Pengaron
4.1.3 Ketenagaan di
Puskesmas
Jumlah tenaga yang
bekerja di Puskesmas Pengaron samapi bulan April 2012 sebanyak 25 orang yang secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Jumlah tenaga yang bekerja di
Puskesmas Pengaron
No.
|
Jenis Tenaga
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
1.
|
Tenaga Medis : Dokter Umum
Dokter gigi
|
2 orang
1 orang
|
8
4
|
2
|
Tenaga Paramedis
|
18 orang
|
72
|
3.
|
Tenaga Non Paramedis
|
4 orang
|
16
|
|
Jumlah
|
25 orang
|
100
|
Sumber : Data
Kepegawaiian Puskesmas Pengaron Kecamatan Pengaron.
4.1.4 Karakteristik
responden
Berdasarkan
perolehan data menunjukkan bahwa ibu hamil yang datang ke Poli KIA Puskesmas
Pengaron pada bulan Desember Tahun 2011 sebanyak 34 orang dengan karekteristik
sebagai berikut.
4.1.4.1 Konsumsi tablet
tambah darah ibu hamil di Puskesmas Pengaron.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data konsumsi tablet tambah
darah di Puskesmas Pengaron adalah sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mengkonsumsi tablet
tambah darah di Puskesmas Pengaron Kecamatan Pengaron bulan Desember Tahun 2011.
No.
|
Konsumsi Tablet Tambah darah
|
frekuensi
|
Persentase (%)
|
|
1.
|
Teratur
|
23
|
67,6
|
|
2.
|
Tidak Teratur
|
11
|
32,4
|
|
|
Jumlah
|
34
|
100
|
|
Dari tabell 4.2
dapat dilihat sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah
adalah teratur yaitu sebanyak 23 orang (67.6%), sedangkan tidak teratur yaitu
sebanyak 11 orang (32,4%).
4.1.4.2 Jumlah kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas pengaron.
Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data konTabel 4.3 Distribusi frekuensi kejadian anemia
pada ibu hamil
No.
|
Status Anemia
|
Frekuensi
|
Presentasi
|
1.
|
Anemia
|
10
|
29,4
|
2.
|
Tidak Anemia
|
24
|
70,6
|
|
Jumlah
|
34
|
100
|
Dari tabel 4.3
dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah
darah adalah tidak anemia yaitu sebesar 24 orang (70,6%), sedangkan yang anemia
yaitu sebesar 10 orang (29,4%).
.
4.1.4.2
Hubungan antara konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian pada
ibu hamil di Puskesmas Pengaron.
Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data konsumsi tablet tambah darah terhadap kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas pengaron sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.4 Hubungan
antara konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Pengaron Kecamatan Pengaron.
No.
|
Tingkat Konsumsi TTD
|
Kejadian Anemia
|
||
Tidak Anemia
|
Anemia
|
Jumlah
|
||
1.
|
Teratur
|
20
(59,0%)
|
3
(8,82%)
|
23
(38,2%)
|
2
|
Tidak Teratur
|
4
(11,7%)
|
7
(20,5%)
|
11
(32,3%)
|
|
Jumlah
|
24
(70,6%)
|
10
(29,4%)
|
34
(100%)
|
Tabel 4.4 Berdasarkan
tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sebagian besar konsumsi tablet tambah darah
adalah teratur sebanyak 23 responden (67,6%), dengan kejadian Anemia sebagian
besar adalah tidak anemia adalah 20 (87,0%) responden . Namun demikian
seharusnya semua ibu hamil teratur mengkonsumsi tablet tambah darah. Dalam hal
ini masih terdapat responden yang tidak teratur menkonsumsi tablet tambah
darah, sehngga secara keseluruhan masih terdapat 10 responden (29,4%) yang
mengalami anemia. Berdasrkan hasil uji statistik dengan fisher exact test
diperoleh nilai p = 0,005 dengan menggunakan α = 0,05, maka nilai p ≤ α, maka
dapat disimpulkan Ha diterima berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Konsumsi
tablet tambah darah ibu hamil di puskesmas Pengaron.
Dari 34 ibu hamil adalah sebanyak 23 orang (67,6%) teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah, sedang ibu hamil tidak teratur mengkonsumsi
tablet tambah darah adalah sebanyak 11 orang (32,4%) Dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah dilihat dari keteraturan ibu minum tablet tambah darah setiap hari
1 tablet, kepenuhan ibu hamil dengan mengkonsumsi tablet tambah darah
disebabkan pengetahuan yang diperoleh dari penyuluhan bidan maupun petugas
kesehatan tentang manfaat tablet tanbah
darah dan dampak bila tidak mengkonsumsi tablet tambah darah. Dengan demikian
pengetahuan ibu hamil pengetahuan ibu hamil tentang manfaat tablet tambah darah
sehingga menyadari menminum tablet tambah darah secara tartur. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahjatul Mardiah(2010) yang
membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan ibu
hamil mengkonsumsi tablet tambah darah. Dipihak lain ibu hamil yang tidak
teratur mengkonsumsi tablet tambah darah 11 orang (32,4%). Dapat
disebabkan ibu hamil hamil tidak
memahami penyuluhan yang diberikan bidan tentang manfaat tablet tambah darah
sehingga ketika merasakan mual dan muntah tidak lagi melanjutkan mengkonsumsi
tablet tambah darah. Adanya anggapan di masyarakat bahwa dengan mengkonsumsi
tablet tambah darah dapat menyebabkan bayi yang lahir besar, menyebabkan
sebagian ibu hamil menghindari untuk mengkonsumsi tablet tamabah darah. Adanya
anggapan masyarakat bahwa dengan mengkonsumsi tablet tambah darah dapat
menyebabkan bayi yang dilahirkan besar, menyebabkan sebagian ibu menghindari
konsumsi tablet tambah darah tersebut. Penanggulangan dan pencegahan anemia,
khususnya anemia defisiensi zat besi penting dilakukan, ini didasarkan pertimbangan
bahwa suplementasi zat besi dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah
anemia karena kekurangan asam folat. Selain itu, asam folat juga menurunkan
resiko kelainan bawaan bawaan seperti bibir sumbing dan kelainan anggota tubuh
lain.(soerdarmini 2010)
4.2.2
Kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pengaron
Hasil penelitian dari 34 ibu hamil menunjukkan bahwa sebagian
besar tidak mengalami anemia 24 orang (70,6%) , sedangakan 10 orang (29,4%) ibu
hamil mengalami anemia. Hal ini dikarenakan ibu hamil secara teratur
mengkonsumsi tablet tambah darah 1 tablet setiap hari , yang mana setiap 1
tablaet mengandung 60 mg besi elemental dan 0,2 mg asam folat dan dapat
menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr % perbulan. Dan cara meminumnya sesuai dengan
saran bidan yaitu minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan meminum
tablet tambah darah dengan air kopi, susu, teh karena dapat menurunkan
penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi kurang, dan dapat
dipengaruhi dari asupan makanan ibu hamil yang kaya akan zat besi. Sedangkan pada
11 ibu hamil (32,4%) yang mengalami anemia lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil, salah satu penyebabnya adalah kebutuhan zat besi yang
meningkat yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah serta untuk
kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan, karena kebutuhan zat besi tidak
dapat dipenuhi dari makanan saja maka ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi 1
tablet tambah darah setiap hari selama kehamilannya. Di Indonesia prevalensi
anemia pada ibu hamil masih tinggi yitu sebesar 50,9% dan sebagian besar
penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Jika ibu hamil kekurangan zat besi dapat mengganggu pertumbuhan
janin dalam kandungan, meningkatknya resiko keguguran, bayi BBLR, lahir mati,
kematian perinatal, dan ibu hamil mudah terkena infeksi.
4.2.3 Hubungan antara
konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil
Berdasarkan tabel 4.4
diatas terlihat bahwa sebagian besar konsumsi tablet tambah darah adalah
teratur sebanyak 23 responden(67,6%), dengan kejadian Anemia sebagian besar
adalah tidak anemia adalah 20 responden (87,0%) . Namun demikian seharusnya
semua ibu hamil teratur mengkonsumsi tablet tambah darah. Dalam hal ini masih
terdapat responden yang tidak teratur menkonsumsi tablet tambah darah, sehngga
secara keseluruhan masih terdapat 10 responden (29,4%) yang mengalami anemia. Berdasarkan
uji statistik chi-square didapatkan hubungan yang signifikan antara pemberian
tablet tambah darah dengan kejadian anemia di pada ibu hamil. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan soedarmini di Kabupaten Banjar
Tahun 2009 yang membuktikan adanya hubungan antar konsumsi zat besi dengan
status anemia. Upaya penanggulangan anemia terutama pada ibu hamil adalah
suplementasi tablet tambah darah karena dapat meningkatkan kadar Hb pada
tingkat tertentu. Pada keadaan normal jika makanan sehari-hari cukup bergizi,
maka jumlah zat besi yang dikeluarkan dari tubuh seimbang dengan zat yang
didapatkan dari makanan. Penyebab defisiensi zat besi dalam makanan kurang.
Adanya zat penghambat absopsi, konsumsi zat besi kurang serta meningkatnya
kebutuhan zat besi misalnya pada kehamilan, masa pertumbuhan, anak-anak serta
adanya kehilangn daraah misalnya menstruasi dan infeksi kecacingan. Absorpsi
zat besi paada usus sangat tergantung pada pola dan menu makanan sehari-hari.
Khususnya zat besi dari sumber hewani yanh diserapadalah 20-30 %, sedangkan
dari sumber nabati hanya 5 % dari pola menu makanan Indonesia pada umumnya zat
besi yang diserap diperkirakan sekitar 10 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pemeriksaan dan pembahasan pada penelitian maka dapat diambil kesimpulan:
1.
Dari 34 ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah ada 11
orang (32,4%) yang tidak teratur meminum tablet tambah darah, sedang yang
teratur 23 orang (67,6%).
2.
Dari 34 ibu hamil yang diberi tablet tambah darah yang tidak
anemia ada 24 orang (70,6%), sedangkan yang anemia adalah sebesar 10 orang
(29,4%).
3.
Ada hubungan yang signifikan antara pemberian tablet tambah darah
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pengaron Kecamatan
Pengaron.
5.2 Saran
1.
Bagi Puskesmas Pengaron dan instansi terkait , terutama yang
berkaitan dengan pelayanan KIA agar senantiasa memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil tentang manfaat minum tablet tambah darah sehingga diharapkan ibu hamil
dapat menyadari pentingnya meminum tablet tambah darah sesuai ketentuan dan
kejadian anemia pada ibu hamil dapat dihindari.
2.
Bagi ibu-ibu hamil mengetahui penting mengkonsumsi tablet tambah
darah.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
faktor-faktor lain yang mmpengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.
Komentar
Posting Komentar